Senin, 22 Agustus 2011

RESUSITASI Neonatus

bagaimana cara menentukan apakah seorang bayi perlu resusitasi atau tidak ??

1. pastikan bayi bersih dari mekonium atau tidak
    bila terdapat mekonium ---> perlu dilakukan penghisapan trakhea sebelum melakukan tindakan resusitasi lain
2. bernafas/ menangis
    - perhatikan dada bayi
    - jika tidak ada usaha nafas ---> perlu tindakan
    - megap-megap ---> perlu tindakan
3. tonus otot
    tonus otot bayi harus baik, dikatakan baik apabila fleksi dan bergerak aktif. jika tonus otot tidak baik, maka bayi perlu tindakan.
4. kemerahan
    kulit bayi yang baik adalah berwarna kemerahan, selain warna kemerahan bayi perlu tindakan.
5. pastikan bayi lahir dalam keadaan cukup bulan, jika bayi lahir tidak cukup bulan maka perlu dilakukan tindakan.




Langkah-Langkah Resusitasi


1. memberikan kehangatan
   - letakan bayi dibawah alat pemancar panas
   - bila bayi lahir kurang bulan tidakan ini wajib di lakukan
2. posisikan bayi, bersihkan jalan nafas (bila perlu)
   - letakan bayi dengan kepala sedikit tergadah pada tempat yang datar
3. keringkan, rangsang, perbaiki posisi
    - setelah jalan nafas bersih, keringkan bayi, rangsang pernafasan, dan letakkan pada posisi yang benar ( 1/2 ekstensi)
   - memberikan rangsang taktil cukup dengan menyentil telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada atau eksktremitas.

PERLU DIPERHATIKAN !!
perangsangan yang terlalu bersemangat tidak menolong dan dapat menimbulkan cedera yang membahayakan bayi. bayi tidak boleh digoyang-goyang

Meneruskan perangsangan taktil pada bayi yang tidak bernafas membuang waktu yang berharga . untuk bayi yang tetap tidak bernafas lakukan VTP !!


4. Oksigen aliran bebas
   bila bayi bernafas, tetapi tetap sianosis maka berikan oksigen aliran bebas
   pernafasan bayi yang adekuat jika : frekuensi jantung > 100x / menit
   bila bayi apneu / frekuennsi jantung < 100x lakukan VTP ...


penghisapan lendir dengan deele : dari mulut dulu baru hidung



Masa nifas dan Masalahnya

1.         Pengertian masa nifas
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2008).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati, 2009).
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, di sertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan dengan melahirkan (Suherni dkk, 2009)
2.         Tujuan masa nifas
a.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
b.   Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
c.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
d.   Memberikan pelayanan keluarga berencana (Ambarwati, 2009).
3.        Tahapan masa nifas (Ambarwati, 2009)
a.     Puerpenium Dini
Yaitu pulihnya alat kandungan dimasa ibu sudah diperbolehkan jalan-jalan dan melaksanakan aktifitasnya berlangsung + 40 hari.
b.     Puerpenium Intermedial
Yaitu pulihnya alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya + 6-8 minggu.
c.     Remote Puerpenium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu–minggu, bulanan atau tahunan.
4.        Perubahan Masa Nifas
a.         Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir.
b.         Perubahan sistem perkemihan
Dilatasi ureter normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.
c.         Perubahan Tanda-Tanda Vital
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C–38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Takanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
d.        Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut sehingga dalam 2 minggu organ  ini telah turun ke rongga panggul.. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.



5.        Psikologi Masa Nifas
Pada masa nifas, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Adaptasi psikologis ibu masa nifas, adalah:
a.        Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
b.       Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
c.        Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.

A.    Bahaya Masa Nifas
1.      Perdarahan Post Partum
a.    Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang volumenya 500 cc atau lebih setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir (Bedah kebidanan, 2000)
Perdarahan pervaginam atau perdarahan Post Partum atau Post Partum Hemoragi (PPH) adalah kehilangan darah sebanyak 500cc atau lebih dari traktus genetalia setalah melahirkan (Suherni dkk, 2009).
b.    Jenis Perdarahan Post Partum
1)    Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan post partum primer adalah atenia uteri, retentio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama
2)    Perdarahan Post Partum Sekunder
Terjadi setelah 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. Penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

c.    Gambaran klinik
Perdarahan Post Partum atau HPP terjadinya tidak mendadak, perdarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum perdarahan tersebut dapat diatasi. Gejala – gejala perdarahan yang jelas :
1)   Perasaan lemah
2)   Mengantuk, menguap
3)   Pandangan kabur
4)   Pada pemeriksaan (tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek)
5)   Penderita tampak anemis, jatuh dalam shock, kesadaran hilang dan akhirnya meninggal.
d.   Pencegahan
Penecegahan terhadap terjadinya HPP ini kadang dalam banyak hal masih dapat dilakukan, misalnya :
1)   Perbaikan keadaan umum selama prenatal care
2)   Kosongkan rectum dan buli pada tiap persalinan
3)   Hindari partus lama
4)   Batasi pemakaian anestesi
5)   Di beberapa RS ada yang memberi methergin IV pada saat kepala lahir atau saat bahu depan lahir.
e.    Penanganan
1)      Perdarahan postpartum primer
-             Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
-   Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan diperkirakan banyaknya darah yang sudah keluar.jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah hilang.
-   Berikan oksitosik (oksitosin 10 IV dan ergometri 0,5 IV berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
-   Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan Na Cl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infusi sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok
-   Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
-   Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahan tetap menyusui bayinya.
-   Jika perdarahan masih terjadii, lakukan kompresi bimanual.
-   Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik,maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan lecerasi  yang menyebabkan perdarahan tersebut.
-   Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik berspektum ruas.
-   Lakukan pencatatan yang akurat.


2)      Perdarahan Postpartum sekunder
-   Masukan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus kedaruratan
-   Percepatan kontraksi dengan cara melakukan messege uterus, jika uterus masih teraba
-   Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah sebelum dilakukan rujukan
-   Berikan oksitosin 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV
-   Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek, berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok)
-   Awasi agar uterus tetap berkontaksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan 40 tetesan/menit.
-   Berikan antibiotik berspektum luas
-   Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah pengaruh anastesis

2.      Infeksi masa nifas
a.     Pengertian
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat –alat genetal pada waktu persalinan dan nifas ( Ambarwati, 2009 ).
Infeksi masa nifas adalah infeksi  bakteri pada truktus genetalia, terjadi setelah melahirkan ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38o C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pascapersalinan (Mansjoer dkk, 2001).
Infeksi masa nifas atau sepsis peurperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara persalinan dan 42 hari setelah persalinan (Suheni dkk, 2009)
b.     Etiologi
1)     Bakteri endogen (dari jalan lahir sendiri)
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya, bahkan jika teknik steril sudah di gunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen.
2)     Bakteri eksogen (kuman datang dari luar)
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar. Bakteri eksogen masuk ke dalam vagina melalui :
-       Tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
-       Subtansi/benda asing yang masuk kedalam vagina (misalnya ramuan/jamu, minyak, kain).
-       Aktivitas seksual
3)       Autogen (kuman masuk dari tempat lain ke dalam tubuh)


c.     Tanda dan gejala
1)     Demam
2)     Nyeri pelvik
3)     Nyeri tekan uterus
4)     Lokia berbau menyengat (busuk)
5)     Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus
6)     Pada luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah

3.      Bendungan air susu (caked breast)
a.     Pengertian
Bendungan air susu adalah keadaan dimana payudara ibu nifas menjadi bengkak, keras, panas dan nyeri (Prawirohardjo, 2005).
b.      Penanganan
Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah :
1)        Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2)   Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3)   Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4)   Gunakan BH yang menopang
5)   Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

4.      Mastitis
a.    Pengertian
Nyeri payudara atau mastitis adalah suatu infeksi yang terjadi pada jaringan payudara, sehingga mengakibatkan payudara menjadi bengkak, berwarna merah dan terasa nyeri. Kadang kala dapat juga timbul demam.
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
b.    Gejala
Biasanya wanita yang mengalami mastitis akan merasakan :
1)   Kedinginan, sakit kepala.
2)   Suhu tubuh > 38,5°C.
3)   Mudah lelah.
4)   Payudara berwarna merah, keras, nyeri, terasa panas dan bengkak
c.    Penanganan
1)   Ibu harus terus menyusui agar payudaranya kosong
2)   Kompres hangat dan dingin seperti pada payudara bengkak
3)   Memperbaiki posisi menyusui, terutama bila terdapat puting lecet
4)   Istirahat cukup, makanan yang bergizi
5)   Banyak minum air putih, antibiotik dan analgesik (Sastrawinata, 2004).

5.      Sub involusi uterus
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan pascapartum.
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat, bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau pospartum haemorrhage.
Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterusdapat diberikan uteronika (ergomertin maleat), namun ergometrin mempunyai efek samping menghambat produksi prolaktin.
Ciri-ciri subinvolusi uterus adalah tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk, sakit pada pinggang atau nyeri pada pelvik, perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lochea rubra yang banyak dan berbau busuk (Barbara, 2004).




6.      Lochea berbau (busuk)
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea tidak lain adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim luka bekas plasenta.
Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluar darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :
1)    Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai ke 4 postpartum. Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban.
2)    Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 4 sampai hari ke 7 pasca persalinan.
3)     Lochea Serosa
Berwarna kuning kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
4)    Lochea Alba
Cairan putih mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu pasca persalinan.
Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta.
Lochea serosa atau alba yang berlanjut bisa menandakan adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut dengan lochea statis.

7.      Baby blues
a.     Pengertian
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara lain: perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya (Saleha, 2009).
b.     Gejala baby blues antara lain:
1)   Menangis, perubahan perasaan
2)   Cemas, kesepian
3)   Khawatir dengan bayinya
4)   Penurunan libido
5)   Kurang percaya diri

8.      Depresi postpartum
a.    Pengertian
Depresi postpartum adalah keadaan dimana ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kurang kemandirian. Depresi postpartum merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen.
b.    Gejala
1)   Sering menangis, Sulit tidur
2)   Nafsu makan hilang, Gelisah
3)   Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol
4)   Cemas atau kurang perhatian pada bayi
5)   Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6)   Pikiran menakutkan mengenai bayi
7)   Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas, maka segeralah beritahu suami, bidan atau dokter. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau konsultasi dengan psikiater.



Menstruasi dan masalahnya


1.         Remaja
Kesehatan Reproduksi Remaja Membangun Perubahan yang Bermakna Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan yang Bermakna Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Cirinya adalah alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Kondisi yang belum menikah menyebabkan remaja secara sosial budaya termasuk agama dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi apalagi pelayanan medis untuk kesehatan reproduksi (Sarlito, 1998).
Dengan masuknya remaja ke dalam dunia hubungan sosial yang luas maka mereka tidak saja harus mulai adaptasi dengan norma perilaku sosial tetapi juga sekaligus dihadapkan dengan munculnya perasaan dan keinginan seksual ( Djoko Hartono, 1998 ).
2.         Menstruasi
a.         Pengertian
Haid adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus, di sertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Sarwono 2005). Sedangkan Menstruasi adalah pengeluaran darah secara rutin lewat vagina yang berasal dari dinding rahim wanita (http://www.anneahira.com/menstruasi-adalah.htm, 09 mei 2011).
Yang mempengaruhi hadirnya menstruasi adalah tidak adanya pembuahan di dalam rahim pada masa seseorang wanita mengalami masa kesuburan. Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004).



b.        Proses Menstruasi
Menurut Sarwono (2002), Saat seseorang bayi perempuan dilahirkan ovariumnya mengandung ratusan ribu sel telur tetapi belum berfungsi, tetapi ketika menginjak usia pubertas maka ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi proses yang disebut siklus menstruasi. Dalam satu siklus (sekitar satu bulan) terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari produksi hormone-hormon oleh ovarium, yaitu makin menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan. Maka ketika ada sel telur yang matang akan mempunyai potensi untuk dibuahi oleh sperma hanya dalam 24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan pada komposisi kadar hormone yang akhirnya membuat dinding rahim tadi akan luruh disertai perdarahan, inilah yang disebut menstruasi.
1.        Siklus haid
Menurut Sarwono (2005), Siklus haid terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium uterus. Pada akhir fase haid endometrium menebal lagiatau fase proliferasi. Setelah ovulasi pertumbuhan endometrium berhenti, kelenjar atau glandula menjadi lebih aktif atau fase sekresi.
Perubahan endometrium dikontrol oleh siklus ovarium. Rata-rata siklus haid 28 hari dan terdiri atas :
a)         Fase folikular
b)        Ovulasi
c)         Pasca ovulasi atau luteal
Jika siklusnya memanjang, fase folikulernya memanjang, sedangkan fase lutealnya tetap 14 hari. Siklus haid normal karena adanya: 1). Adanya hypothalamus-pituitari-ovarian endocrine axis, 2). Adanya respon folikel dalam ovarium dan 3). Fungsi uterus (Sarwono, 2007).
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya.. Panjang siklus haid yang normal atau di anggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja pada beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak selalu sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari dan pada usia wanita 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus hari 28 hari itu tidak sering di jumpai. Dan pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20%  saja panjang siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25 - 32 hari, dan kira-kira 97%  yang berovulasi siklus haidnya berkisar 18 - 42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (Sarwono, 2005).
Lama haid biasanya  antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata – rata  33,2 kurang lebih 16 cc. pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Usia gadis­­ remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara  1 – 16 tahun, tetapi rata – ratanya 12,5 tahun, statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh factor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Menarche terjadi di tengah – tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak – anak ke dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa dimana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30 – 40 tahun berakhir pada masa mati haid / menapouse  (Sarwono, 2005).
2.        Hormone yang Mengatur Siklus Haid       
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominan hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi. Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang dapat dideteksi dengan GEATEL ®. Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim. Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadinya proses menstruasi berikutnya (http://www.biohealthword.com/, 13 mei 2011).
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, fase luteal dan sat ovulasi. Perubahan – perubahan kadar hormone sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormone steroid dan hormone gonadotropin (Sarwono, 2005).
3.        Siklus Ovarium (Sarwono, 2008)
a).   Fase folikuler
Hari ke-1 - 8 :
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relative tinggi dan memacu perkembangan 10 - 20 folikel satu folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada fase midfollikular, sisa folikel mengalami etresia.
Hari ke-9 - 14 :
Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar sel granulose dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di ruang sentral yang disebut antrum yang merupakan transformasi folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel dimana oosit menempati posisis eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel granulose yang disebut cumulus ooforus.
b).   Ovulasi           
Hari ke-14
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang di ikuti dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang di tempeli oleh kumuylus ooforus.
c).   Fase Luteal
Hari ke 15 - 28
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapiler dan fibroblast dari teka. Sel granulose mengalami lutenisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormone steroid seks, estrogen dan progesterone di sekresi oleh ovarium pada fase pasca-ovulasi.
Korpus luteum meningkatkan produksi progesterone dan estrodiol. Kedua hormone tersebut diproduksi dari precursor yang sama.
Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari kr 26 - 28.



4.        Siklus uterus (Sarwono, 2008)
Dengan di produksinya hormone steroid oleh ovarium secara siklikakan menginduksi perubahan penting pada uterus yang melibatkan endometrium dan mukosa servik.
Endometrium terdiri dari 2 lapis, yaitu lapisan superficial basal yang tidak ikut dalam proses haid, tetapi ikut dalam proses regenarasi lapisan superficial untuk siklus berikutnya. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu :
a).   Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yag tinggal utuh. darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau sglutinasi, sel-sel epiltel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan secret dari uterus, servik dan kelenjar-kelenjar vulva, fase ini berlangsung 3 - 4 hari.
b).   Fase pascahaid atau fase proliferasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsu-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumhu dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium kurang lebih 0,5 mm. fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
c).   Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Selama fase folikuler di ovarium, endometrium dibawah pengaruh estrogen. Pada akhir haid proses regenarasi berjalan dengan cepat. Saat ini disebut fase proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun rapi sejajar dengan sedikit sekresi.dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi detebal kuurang lebih 3,5mm, fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu :
1).   Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Fase ini berlangsung antara hari ke-4 sampai ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
2).   Fase proliferasi madya (midpholiferation phase)
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi.
3).   Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidaj rata dan dengan banyak mitosis.

d).   Fase Prahaid dan Fase sekretoris
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkelik-keluk dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata.
Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak akan diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang telah dubuahi. Fase sekresi dibagi atas 2, yaitu :
1).   Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis dari pada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Terdapat beberapa lapisan, yaitu :
-          Stratum basale , yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan meometrium ; lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar.
-          Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah yang berbentuk anyaman seperti spons.
-          Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi secret dan stromanya edema.
2).   Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 - 6 mm. dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen.
e).   Mucus servik (Sarwono, 2007)
Kontinuitas ini sangat penting untuk akses spermatozoon menuju ke ovum, fertilisasi terjadi dalam tuba fallopi. Ada resiko infeksi yang asendens, tetapi secara alami resiko tersebut dicegah dengan adanya mucus servik sebagai barier yang permeabilitasnya bervariasi selama siklus haid.
1).   Selama fase folikular mucus servik viskus dan impermeable.
2).   Akhir fase folikular kadar estrogen meningkat memacu perubahan dan komposisi mucus, kadar airnya meningkat secara prigresif, sebelum ovulasi terjadi mucus servik banyak mengandung air dan mudah dipenitrasi oleh spermatozoon. Perubahan ini dikenal dengan istilah “spinnabarkheit”.
3).   Setelah ovulasi progesterone diproduksi oleh korpus luteum yang efeknya berlawanan dengan estrogen, dan mucus servik menjadi impermeable lagi, orifisium uteri eksternum kontraksi.
5.        Mekanisme Haid
Dibawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi ; sesuda ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesterone pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuti oleh perdarahan yang terkenal dengan nama haid (Sarwono, 2005).
Mekanisme haid belum diketahui selurunya, tetapi sudah dkenal oleh beberapa factor, kecuali faktor hormonal, memegang hal peranan dalam hal ini. Yang penting adalah :
1)         Factor Enzim
2)         Factor vascular
3)         Factor prostaglandin



Pemeriksaan-pemeriksaan untuk untuk mengetahui adanya ovulasi tersebut ialah :
1)         Pencatatan suhu basal badan (SBB)
2)         Pemeriksaan sitohormonal vaginal secara serial
3)         Penilaian getah servik
c.         Psikologi Menstruasi
Menurut Sarwono (2007), secara normal menstruasi berlangsung kurang lebih pada usia 12 - 16 tahun. Cepat atau lambatnya kematangan seksual (menstruasi, kematangan fisik) ini kecuali di tentukan oleh konstitusi fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras, suku bangsa, iklim, cara hidup yang melindungi anak. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis, umpama bisa memperlambat menstruasi. Gejala yang sering dan sangat mencolok pada peristiwa, haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan yang diperoleh keinginan untuk memperoleh proses fisiologis tadi. Kadang sang anak menyalahkan ibu dan terkadang merasa digenangi dosa. Maka banyak peristiwa menstruasi pertama itu dihayati oleh anak gadis sebagai suatu saru pengalaman yang traumatis.
Menurut Azwar (1988), Pada anak gadis mempunyai kecenderungan neorotis dalam usia pubertas dan banyak mengalami konflik batin, munculkan beberapa tingkah laku patologis, berupa kecemasan fobia, minat yang sangat berlebihan ataupun rasa bersalah. Maka informasi yang positif sangat berguna agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap para wanita yang mengalami menstruasi. Timbul pula gangguan-gangguan psikis dan gangguan genital. Gangguan-gangguan menstruasi ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas.
Gangguan-gangguan saat menstruasi, yaitu :
a)        Kecemasan dan ketakutan terhadap menstruasi, sehingga menimbulkan fobia terhadap menstruasi
b)        Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh datangnya menstrusi
c)        Mudah tersinggung atau mudah marah.
d)       Perubahan pola makan
e)        Merasa gelisah dan gangguan tidur.
f)         Sakit kepala
g)        Mual, muntah
h)        Payudara menjadi keras
Gangguan-gangguan yang berhubungan dengan haid (Arif, 2001), yaitu :
a)        Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b)        Mastodinia
c)        Mittleschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d)       Disminore